Sabtu, 30 November 2013

INI LHO PACAR GUE .. ..


*)

Lamborghini putih berhenti tepat di depan sebuah café di pinggiran ibukota. Terlihat sepasang kekasih keluar dari lamborghini tersebut, keduanya terlihat begitu serasi, melangkah beriringan memasuki café itu.
“Rose ..” sang wanita menoleh ketika mendengar suaranya di panggil, wanita itu tersenyum, ia pun melangkah mendekati suara yang memanggilnya, tangannya masih terselip di lekukkan siku kekasihnya. Cowok kece, dengan tampang kebule-bulean.
“Liat, liat. Gila ya si Rose, cowoknya ganteng banget.”
“Waaah .. itu cowok keren banget.”
“Mauuuuu ..” bisik-bisik tetangga mulai terdengar di kerumunan beberapa gadis yang sedang mengadakan party kecil disana. Sedang, beberapa cowok yang juga ada di sana pun terlihat kagum ketika melihat pasangan yang sebentar lagi akan bergabung bersama mereka.
“Sori ya gue telat” ucap gadis yang mengenakan blouse merah marun itu ketika sudah bergabung bersama teman-temannya.
“Santai.” Jawab salah seorang dari mereka. Rose pun tersenyum, kemudian tersadar “Oh iya, kenalin, ini Leonard, cowok gue.” Rose dengan bangga mengenalkan kekasihnya kepada semua temannya yang ada disana.

Siapa sih yang enggak mau punya pasangan yang menarik. Yang cewek pasti enggak muna pengin punya cowok kece, ganteng, tajir, populer, rajin ibadah pula. Begitu juga dengan yang cowok, pasti pengin dong punya cewek yang manis atau cantik, enggak bawel, enggak bosan buat dipandang, kaya harta dan kaya iman, nyambung juga kalau di ajak ngborol. Ya. Pada dasarnya semua orang menginginkan yang terbaik. Tapi balik lagi, Tuhan memberikan pasangan kepada seseorang sesuai dengan kepribadian orang tersebut. Itu udah menjadi hal mutlak. Tapi kadang, ada yang tidak sesuai, cewek baik di pasangkan dengan laki-laki tidak baik. Atau cowok baik di pasangkan dengan wanita tidak baik. Kalau hal itu yang terjadi, itu berarti sebuah ujian dari Tuhan. Bukan. Tuhan enggak pernah mengingkari janji-Nya. Hanya saja, Ia selalu tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.

Ini lho pacar gue !

Seneng dong kalau kita ngenalin sosok yang ‘wah’ sama temen-temen tongkrongan kita. Ada kebanggan gitu rasanya. Misal gini, di kalangan para gadis labil SMA.
“Eh cowok lo anak mana ?”
“Anak UGM.”
“Wihhh .. lo pacaran ama anak kuliahan ?”
“Iya.”
“Wah, keren banget. Kok bisa sih ?”
Dan begini, di kalangan wanita dewasa yang sudah bekerja diacara kondangan.
“Kapan nih nyusul ?”
“Dua tahun lagi mungkin, nunggu dia kelar S2. Lagian dia kan baru jadi dokter tahun ini.”
“Mantep banget tuh calon lu, dokter.”
Atau gini,
“Eh, cowok lo photographer ya ?”
“Iya.”
“Wah enak banget, pasti lo sering jadi objek fotonya. Aaah .. andai gue punya cowok photographer.”

Aduh gue bingung nih ngebahasnya. Ya, intinya, senang lah ya, ketika lo mengenalkan sosok yang dinamakan ‘pacar’ ke teman-teman lo, dan teman-teman lo kagum dengan sosok yang lo kenalkan ke mereka. Bener enggak sih ?
Kalau hal yang biasa gue dengar dari kalangan cowok sih, mayoritas fisik. Asli.
“Woy, kemaren cewek lo ?”
“Yoi.”
“Beuh. Mantep banget bodynya.”
Atau gini,
“Itu cewek yang lo ajak kondangan kemaren, anak mana ?”
“Lulusan Al-Azhar.”
“Gila lo, istri idaman banget itu. Cantik. Lulusan mesir pula.”

Iya enggak sih ?

Ya, gue pun begitu. Dulu, zaman gue doyan pacaran. Gue senang ngebangga-banggain pasangan gue ke temen-temen gue. Bahkan enggak jarang juga buat lebay, ngelebihin apa yang jauh dari kenyataannya. Rasanya ada kepuasan tersendiri. Padahal setelah di pikir-pikir, sama sekali enggak ada baiknya. Atau ketika gue menutupi kekurangan yang cenderung adalah kesalahan-kesalahannya. Misal, temen gue bilang “Kemaren, gue tuh ngeliat cowok lo jalan sama cewek lain.” Dan gue akan jawab “Oh, iya, itu tuh sepupunya. Dia bilang kok sama gue.” Padahal gue enggak sama sekali tahu, padahal hati gue sakit, padahal banyak tanda tanya dalam pikiran gue. Tapi gue sadar, itulah cinta. Orang yang jatuh cinta akan sering terlihat konyol. Apa-apa yang enggak mungkin dilakukannya, akan menjadi sebuah kebiasaan kalau rasa yang dinamakan ‘cinta’ itu sudah menjalar. Well, cinta emang buta. Dia enggak pernah memilih kepada siapa dan kapan ia jatuh, tapi setidaknya, kita sebagai penikmat atau subjek, bisa lah ya untuk mengendalikannya, supaya ia enggak salah arah. Kalau hal itu mampu dilakuin, gue percaya, cinta akan jauh lebih indah.

Sebagai seorang wanita. Ya, memasuki usia dua puluh tiga tahun sudah menjadikan gue sosok wanita bukan lagi cewek labil. Aduh Aya .. usia hanya angka. Lupakan !

Sebagai seorang wanita yang pernah melalui masa-masa puber dan labil di SMA, lalu memasuki pancaroba (cuaca keleeess) menjelang kedewasaan ketika kerja, enggak sedikit hal yang gue temuin tentang beberapa karakter gadis-gadis sampai mba-mba yang sering membanggakan pasangan mereka. Kenapa ? Mas-mas ? Ya. Ya. Ada kok beberapa.

Kebanyakan cewek tuh seringnya menutupi kekurangan pasangannya, tapi menurut gue, emm .. kekurangan disini bukan berarti, kurang ganteng, kurang tajir, kurang populer, atau kurang soleh. Aduh, gimana ya gue menyampaikannya, maklum, ini gue nulis baru bangun tidur. Jadi agak-agak belum terkumpul nyawanya, emmm .. begini, cewek itu cenderung menjaga hatinya agar tidak sakit. Begitu lebih tepatnya. Kayak contoh diatas tadi,

Misal, temen gue bilang “Kemaren, gue tuh ngeliat cowok lo jalan sama cewek lain.” Dan gue akan jawab “Oh, iya, itu tuh sepupunya. Dia bilang kok sama gue.” Padahal gue enggak sama sekali tahu, padahal hati gue sakit, padahal banyak tanda tanya dalam pikiran gue.

Kebanyakan cewek lebih milih, yaudahlah, cukup gue aja yang tahu ‘dia’ tuh kayak gimana. Emang, awalnya mudah tapi lama-lama ngebatin juga, menutupi hal-hal tersebut. Apa sih yang mau lo pertahanin dari orang yang sering nyakitin lo ? Apa coba yang jadi pertimbangan lo untuk terus ngejalanin hubungan yang lo anggap penting, tapi sama sekali enggak pernah dihargain sama pasangan lo ? Nyiksa, kan ?

Pasangan yang baik, ia akan selalu memperlakukan lo dengan baik pula. Ya, gue percaya sama petuah ‘dia yang bisa membuatmu menangis adalah orang yang kamu cinta’ Gue membenarkan hal tersebut, dulu. Lambat laun, petuah itu gue anggap hal yang enggak benar-benar juga. Gue malah berpikir, orang yang bisa ngebuat gue selalu tersenyum-lah orang yang gue cinta. Rasanya, itu jauh lebih baik.

Balik lagi. Ini lho pacar gue !

Enggak ada larangan buat lo untuk membanggakan sosok yang lo cinta ke semua orang. Sama sekali enggak ada larangan. *gue lagi ketawa  nih* terbesit sebuah masa lalu yang pernah gue alami. Ya. Gue sering ngebangga-banggain pacar gue di hadapan teman-teman gue. Tujuan gue waktu itu adalah .. .. widiiiiih Aya, keren banget, bisa bikin orang kayak gitu jatuh cinta sama lo. Ahahahaa. Konyol ya gue ? Ya, kan gue bilang, orang yang jatuh cinta itu akan sering terlihat konyol. Tapi, ketika gue tersadar, dan apa yang gue bangga-banggain dari pacar gue itu adalah hal yang malah memberatkan gue, gue pun menyesal. Ah, ini nih lemahnya cewek, sering bertindak lebih dulu baru berpikir. Nyesel deh. Ya, pengalaman adalah guru terbaik. Apa-apa yang pernah terjadi coba diambil pelajaran buat kedepannya. Enggak usah terus disesali, dipikirin, apalagi diratapin. Kan emang kodratnya manusia untuk melakukan kesalahan, toh Tuhan kita maha pengampun. Ya, tapi enggak keseringan juga kali. Masa mau berkali-kali jatuh dalam kesalahan yang sama. Enggak juga, kan ?

Boleh ya, nyelipin sedikit tentang jodoh. Ahahhaaa.

Jodoh. Hal yang akhir-akhir ini mulai terpikirkan oleh gue.

Semalam, gue sempat ngobrol sama salah satu teman gue, Aang namanya. Doi bilang gini, ‘Ya, jodoh tuh ibarat puzzle, di pecah, lalu ketika lo menemukan pasangan yang salah, ya pasti enggak cocok sama puzzle kehidupan lo. Berarti lo belum ketemu sama jodoh lo. Nah, saat nanti, puzzle yang emang tepat udah ketemu, maka lengkaplah bagian tersebut. Begitu juga dengan hidup, hidup adalah mozaik-mozaik yang terpisah’

Sadaaap. Si Aang emang pinter, doi temen+guru gue juga zaman SMA. Kembali ke jodoh. Kalau kata Afgan, jodoh pasti bertemu. Kalau kata pribahasa, tak kan lari gunung di kejar (kalau udah jodoh pasti enggak kemana). Ya. Tapi buat gue pribadi, jodoh itu sesuatu yang rumit. Ketika gue berpacaran dengan seseorang, gue pasti ngerasa ‘dia adalah jodoh gue’. Eh, putus. Lalu kembali pacaran dengan orang yang berbeda, dan hati gue kembali berbisik hal yang sama ‘dia adalah jodoh gue’. Eh putus lagi. Ah, hati nih, salah tanggep mulu. Yaaa .. apa ya, enggak ada habisnya deh ngebahas soal yang satu ini. Tapi apapun itu, gue percaya sama jodoh. Gue percaya kalau semua orang sudah tercipta dengan pasangannya masing-masing, ya, kalau enggak ketemu di dunia, kan masih ada alam lain (baca:akhirat). Kisah cinta itu adalah kisah yang selalu gue senangi, hal yang menyenangkan untuk dibahas. Tengok aja kisah cinta manusia pertama di dunia ini, nabi Adam a.s dengan Siti Hawa. Betapa, jodoh itu pasti bertemu. Keduanya terpisah dalam kurun waktu yang sangat lama, puluhan tahun. Zaman dulu enggak ada handpone, enggak ada internet pula, yaiyalah, nabi Adam enggak ngegoogling dimana keberadaan Siti Hawa. Keduanya enggak saling cari-mencari di pesbuk ataupun twitter. Tapi lihat, gimana mereka bisa kembali bertemu dan bersatu di Jabal rahmah. Itu kan satu pembuktian, Allah sajalah yang bekerja. Bagaimana cara-Nya yang begitu indah, kembali mempertemukan sepasang manusia yang sekian lama berpisah. Ah, kalau mau dipikir logika, enggak bakalan sampe. Ini ilmu tauhid. Urusan Tuhan.

Adalagi satu kisah yang selalu gue jadikan pedoman dalam urusan cinta gue tentang jodoh. Ya. Kisah anaknya Baginda Rasulullah, Fatimah az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib. Ah, kisah cinta yang sungguh indah. Mengharukan dan selalu membuat hati gue bergetar juga yakin. Keduanya saling cinta, tapi .. .. hebatnya, keduanya sama-sama diam. Memendamnya rapat-rapat. Beda, enggak kayak gue, ataupun kita-kita zaman sekarang. Jatuh cinta dikit, update status pesbuk, ngetwit galau, aah .. semua orang tau, kan ? Tapi mereka, Fatimah dan Ali hanya kepada Allah-lah keduanya bercerita, bahkan Rasulullah pun tidak mengetahui apa yang dirasakan oleh anaknya. Tapi, kemudian keduanya bersatu. Fatimah az Zahra sempat ingin dinikahkan dengan Abu bakar as Shidiq, tapi atas izin Allah, Ali bin Abi Thalib-lah yang menjadi suaminya.

Dan, percakapan terindah yang pernah gue baca di malam pertama sebuah pernikahan.

“Suamiku. Maafkan aku, sebelum aku menikah denganmu, aku pernah mencintai seorang laki-laki yang belum halal bagiku.”
“Iya isteriku. Aku pun ingin meminta maaf, karena aku pun pernah mencintai seorang wanita yang belum halal bagiku. Apa kau ingin tahu siapa wanita itu ?”
Fatimah terdiam, “Wanita tersebut adalah dirimu.”
“Dan laki-laki yang pernah ku cintai pun adalah dirimu, suamiku.”

Subhanallah. Ini nyata terjadi, sebagai tanda akan kebesaran Allah. Dia mengurus semua hal, tanpa terkecuali.

Jadi, enggak usah panik kalau belum ketemu jodohnya. Enggak usah juga memaksakan diri untuk cepat-cepat mencari pasangan dengan cara-cara yang enggak baik. Atau malah memilih jalan apa-apa yang memang menjadi larangannya. Enggak perlu. Lo cukup melakukan yang terbaik, memperbaiki diri, dan memantaskan diri lo untuk kemudian dipertemukan dengan orang yang pantas menjadi pasangan hidup lo. Sebenarnya, ini nasehat buat gue juga. Yaaa .. .. jodoh pasti bertemu.

**)

Happy weekend.

Dan welcome desember .. 


Gambar *) diambil dari www.digaleri.com
Gambar **) diambil dari www.gambar.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar